Saat pesawat baru lepas landas atau hendak mendarat, penumpang sering merasakan nyeri di telinga akibat terjadinya perubahan tekanan udara. Keluhan ini bisa diredakan dengan banyak cara, antara lain dengan selembar tisu dan air panas.
Nyeri di telinga yang dirasakan saat naik pesawat terjadi karena telinga kesulitan beradaptasi dengan perubahan tekanan udara di luar. Tekanan tersebut memicu penyumbatan aliran udara dari hidung ke telinga yang melewati tuba eusthacii, sehingga udara terperangkap di rongga telinga dan terasa sakit.
Ahli kesehatan penerbangan dari TNI AU, Dr Wawan Mulyawan, SpBS memberikan cara praktis untuk membebaskan udara yang terperangkap di telinga saat naik pesawat. Cukup dengan menggunakan tisu dan gelas berisi air panas, yang semuanya tersedia di ruang pramugari.
Caranya, selembar tisu dimasukkan ke dalam gelas hingga air panas di dalamnya terserap masuk ke serat-seratnya sehingga tidak tumpah jika sewaktu-waktu terjadi guncangan di kabin pesawat. Dekatkan gelas berisi tisu dan air panas itu ke dekat telinga, lalu biarkan uap panas mengisi rongga telinga.
Uap panas ini akan meredakan sumbatan di tuba eusthacia, sehingga udara yang terperangkap di dalam rongga telinga bisa dikeluarkan. Rasa nyeri dan berdenging akan berkurang ketika udara yang terjebak telah dikeluarkan dengan bantuan udara panas.
Alternatif lainnya, jika tidak ada tisu dan air panas maka cukup dengan menutup hidung dengan salah satu tangan. Kemudian dengan hati-hati hembuskan napas dari paru-paru dengan mulut tertutup agar tekanannya mendesak tiba eusthacii sehingga sumbatannya terbuka.
Bisa juga dengan cara yang paling mudah, yakni dengan melakukan gerakan mengunyah permen atau menelan sesuatu. Cara ini cukup mudah dilakukan, namun kadang-kadang tidak banyak membantu pada orang tertentu yang telinganya sensitif atau sedang mengalami infeksi sinus.
"Rasa nyeri di telinga saat naik pesawat terjadi akibat perbedaan tekanan, bukan karena suara mesin pesawat yang bising," kata Dr Wawan usai dilantik sebagai doktor ilmu biomedik di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
No comments:
Post a Comment