Sama dengan kanker, penyakit jantung atau lebih dikenal dengan serangan jantung sudah masuk kategori sebagai penyakit 'pembunuh' di Indonesia.
Serangan jantung bisa menyerang siapa dan kapan saja. Tidak hanya terjadi saat terkejut, terlalu lelah atau terlalu stres juga dapat memicu timbulnya serangan jantung.
Banyak faktor yang bisa menyebabkan serangan mematikan itu terjadi. Selain karena pola hidup dan makanan, menurut beberapa penelitian kesediahan atau trauma merupakan sebuah indikasi yang dapat memperparah risiko serangan jantung.
Seperti dikutip Dailymail, sebuah penelitian menyebutkan bahwa kesedihan atau trauma akibat kematian orang-orang terdekat akan membuat Anda 21 kali lebih mungkin menderita serangan jantung dalam satu hari kehilangan Anda. Benarkah?
Sebuah studi di Amerika Serikat hampir 2.000 korban serangan jantung menemukan peningkatan risiko serangan jantung dalam minggu pertama setelah kehilangan seseorang yang signifikan berkisar dari satu per 320 orang-orang berisiko tinggi untuk satu per 1.394 orang dengan risiko serangan jantung rendah.
Para ahli percaya bahwa stres yang disebabkan oleh kehilangan memiliki efek kesehatan yang mendesak, sementara kehilangan tidur dan nafsu makan dapat menekan sistem kekebalan tubuh orang yang dicintai hidup, yang dapat memperburuk kondisi yang ada medis yang mendasari.
Strain emosional juga menyebabkan beberapa mitra berduka untuk mengambil kehidupan mereka sendiri, sementara yang lain mengabaikan kesehatan mereka dan diet karena rasa sakit kehilangan mereka.
Dr Murray Mittleman, seorang ahli jantung pencegahan dan epidemiologi di Harvard Medical School Center Israel Beth Deaconess Medical dan Sekolah Kesehatan Masyarakat epidemiologi departemen, di Boston.
"Pengasuh, penyedia layanan kesehatan, dan berduka sendiri perlu untuk mengenali mereka berada dalam periode risiko tinggi pada hari-hari dan minggu-minggu setelah mendengar seseorang yang dekat sekarat. "
Sementara itu, pemimpin penelitian tersebut Elizabeth Mostofsky menjelaskan tentang tekanan yang diakibatkan oleh rasa kehilangan memicu denyut jantung yang lebih tinggi, sehingga memicu tekanan dan pembekuan darah yang meningkat.
"Teman-teman dan keluarga orang-orang yang berkabung harus memberikan dukungan dekat untuk membantu mencegah insiden tersebut, terutama di dekat awal proses berduka," jelas Mostofsky.
Menurut Mostofsky, selama situasi kesedihan ekstrim dan tekanan psikologis, Anda masih perlu untuk mengurus diri sendiri dan mencari perhatian medis untuk gejala yang berhubungan dengan serangan jantung.
Penelitian yang juga dipublikasikan dalam Circulation: Journal of American Hearth Association, menyebutkan bahwa Stres induced cardiomyopathy,yaitu keadaan akibat dipicu oleh emosi akut atau trauma fisik dan melepaskan gelombang adrenalin yang menguasai hati, seperti kesedihan, kecemasan, maupun kemarahan, juga menjadi penyebab meningkatnya risiko serangan jantung.
Sumber : Inilah.com
No comments:
Post a Comment