Showing posts with label Referensi Penyakit. Show all posts
Showing posts with label Referensi Penyakit. Show all posts

Monday, April 9, 2012

Plebitis (Pembengkakan Pembuluh Darah Vena)

1. Pengertian
Phlebitis merupakan inflamasi vena yang disebabkan baik oleh iritasi kimia maupun mekanik yang sering disebabkan oleh komplikasi dari terapi intravena, Plebitis dikarateristikkan dengan adanya dua atau lebih tanda nyeri, kemerahan, kemerahan, bengkak, indurasi dan terba mengeras di bagian vena yang terpasang kateter intra vena (La Rocca, 1998 ). 

Plebitis dapat menyebabkan trombus yang selanjutnya menjadi thromboplebitis, perjalanan penyakit ini biasanya jinak, tapi walaupun demikian jika thrombus terlepas dan kemudian diangkut kealiran darah dan masuk jantung maka dapat menimbulkan seperti katup bola yang menyumbat atrioventikular secara mendadak dan menimbulkan kematian (Slyvia, 1995). Hal ini menjadiakan phlebitis sebagai salah satu pemasalahan yang penting untuk dibahas di samping plebitis juga sering ditemukan dalam proses keperawatan ( Jarumi Yati, 2009 ).

2. Penyebab Plebitis
a. Plebitis Kimia
1) pH dan osmolaritas cairan infus yang ekstrem selalu diikuti risiko flebitis tinggi. pH larutan dekstrosa berkisar antara 3 – 5, di mana keasaman diperlukan untuk mencegah karamelisasi dekstrosa selama proses sterilisasi autoklaf, jadi larutan yang mengandung glukosa, asam amino dan lipid yang digunakan dalam nutrisi parenteral bersifat lebih flebitogenik dibandingkan normal saline. 

Obat suntik yang bisa menyebabkan peradangan vena yang hebat, antara lain kalium klorida, vancomycin, amphotrecin B, cephalosporins, diazepam, midazolam dan banyak obat khemoterapi. Larutan infus dengan osmolaritas > 900 mOsm/L harus diberikan melalui vena sentral.

2) Mikropartikel yang terbentuk bila partikel obat tidak larut sempurna selama pencampuran juga merupakan faktor kontribusi terhadap flebitis. Jadi , kalau diberikan obat intravena masalah bisa diatasi dengan penggunaan filter 1 sampai 5 µm

3) Penempatan kanula pada vena proksimal (kubiti atau lengan bawah) sangat dianjurkan untuk larutan infus dengan osmolaritas > 500 mOsm/L Misalnya Dextrose 5%, NaCl 45% hipertonik, Dextrose 5%+Ringer-Lactate, Dextrose 5%+NaCl 0,9%, produk darah (darah), dan albumin. Hindarkan vena pada punggung tangan jika mungkin, terutama pada pasien usia lanjut, karena akan mengganggu kemandirian lansia.

4) Kateter yang terbuat dari silikon dan poliuretan kurang bersifat iritasi dibanding politetrafluoroetilen (teflon) karena permukaan lebih halus, lebih thermoplastik dan lentur. Risiko tertinggi untuk flebitis dimiliki kateter yang terbuat dari polivinil klorida atau polietilen.

b. Plebitis Mekanis
Flebitis mekanis dikaitkan dengan penempatan kanula. Kanula yang dimasukkan ada daerah lekukan sering menghasilkan flebitis mekanis. Ukuran kanula harus dipilih sesuai dengan ukuran vena dan difiksasi dengan baik.

c. Plebitis Bakterial
Faktor-faktor yang berkontribusi terhadap flebitis bakteri meliputi:
1) Teknik pencucian tangan yang buruk
2) Kegagalan memeriksa peralatan yang rusak. Pembungkus yang bocor atau robek mengundang bakteri.
3) Teknik aseptik tidak baik
4) Teknik pemasangan kanula yang buruk
5) Kanula dipasang terlalu lama
6) Tempat suntik jarang diinspeksi visual

3. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala phlebitis adalah :
a. Nyeri yang terlokalisasi.
b. Pembengkakan.
c. kulit kemerahan timbul dengan cepat di atas vena
d. pada saat diraba terasa hangat
e. panas tubuh cukup tinggi (medicaster,2009)

4. Pencegahan dan Mengatasi Phlebitis ( Darmawan,2009 )
a. Mencegah flebitis bacterial.
Pedoman ini menekankan kebersihan tangan, teknik aseptik, perawatan daerah infus serta antisepsis kulit. Walaupun lebih disukai sediaan chlorhexidine-2%, tinctura yodium , iodofor atau alkohol 70% juga bisa digunakan.

b. Selalu waspada dan jangan meremehkan teknik aseptik.
Stopcock sekalipun (yang digunakan untuk penyuntikan obat atau pemberian infus IV, dan pengambilan sampel darah) merupakan jalan masuk kuman yang potensial ke dalam tubuh. Pencemaran stopcock lazim dijumpai dan terjadi kira-kira 45 – 50% dalam serangkaian besar kajian.

c. Rotasi kanula
May dkk(2005) melaporkan di mana mengganti tempat (rotasi) kanula ke lengan kontralateral setiap hari pada 15 pasien menyebabkan bebas flebitis. Namun, dalam uji kontrol acak yang dipublikasi baru-baru ini oleh Webster dkk disimpulkan bahwa kateter bisa dibiarkan aman di tempatnya lebih dari 72 jam JIKA tidak ada kontraindikasi. The Centers for Disease Control and Prevention menganjurkan penggantian kateter setiap 72-96 jam untuk membatasi potensi infeksi, namun rekomendasi ini tidak didasarkan atas bukti yang cukup.

d. Aseptic dressing
Dianjurkan aseptic dressing untuk mencegah flebitis. Kasa setril diganti setiap 24 jam.

e. Laju pemberian
Para ahli umumnya sepakat bahwa makin lambat infus larutan hipertonik diberikan makin rendah risiko flebitis. Namun, ada paradigma berbeda untuk pemberian infus obat injeksi dengan osmolaritas tinggi. Osmolaritas boleh mencapai 1000 mOsm/L jika durasi hanya beberapa jam.

Durasi sebaiknya kurang dari tiga jam untuk mengurangi waktu kontak campuran yang iritatif dengan dinding vena. Ini membutuhkan kecepatan pemberian tinggi (150 – 330 mL/jam). Vena perifer yang paling besar dan kateter yang sekecil dan sependek mungkin dianjurkan untuk mencapai laju infus yang diinginkan, dengan filter 0.45mm. Kanula harus diangkat bila terlihat tanda dini nyeri atau kemerahan. Infus relatif cepat ini lebih relevan dalam pemberian infus jaga sebagai jalan masuk obat, bukan terapi cairan maintenance atau nutrisi parenteral.

f. Titrable acidity
Titratable acidity dari suatu larutan infus tidak pernah dipertimbangkan dalam kejadian flebitis. Titratable acidity mengukur jumlah alkali yang dibutuhkan untuk menetralkan pH larutan infus. Potensi flebitis dari larutan infus tidak bisa ditaksir hanya berdasarkan pH atau titrable acidity sendiri. Bahkan pada pH 4.0, larutan glukosa 10% jarang menyebabkan perubahan karena titrable acidity nya sangat rendah (0.16 mEq/L).Dengan demikian makin rendah titrable acidity larutan infus makin rendah risiko flebitisnya.

g. Heparin dan hidrokortison
Heparin sodium, bila ditambahkan ke cairan infus sampai kadar akhir 1 unit/mL, mengurangi masalah dan menambah waktu pasang kateter. Risiko flebitis yang berhubungan dengan pemberian cairan tertentu (misal, kalium klorida, lidocaine, dan antimikrobial) juga dapat dikurangi dengan pemberian aditif IV tertentu, seperti hidrokortison. Pada uji klinis dengan pasien penyakit koroner, hidrokortison secara bermakna mengurangi kekerapan flebitis pada vena yg diinfus lidokain, kalium klorida atau antimikrobial . 

Pada dua uji acak lain, heparin sendiri atau dikombinasi dengan hidrokortison telah mengurangi kekerapan flebitis, tetapi penggunaan heparin pada larutan yang mengandung lipid dapat disertai dengan pembentukan endapan kalsium.

h. In-line filter
In-line filter dapat mengurangi kekerapan flebitis tetapi tidak ada data yang mendukung efektivitasnya dalam mencegah infeksi yang terkait dengan alat intravaskular dan sistem infus

5. Masalah Kejadian Plebitis
a. Akibat phlebitis bagi penderita
Dampak yang terjadi dari infeksi tindakan pemasangan infus (plebitis) bagi pasien merupakan masalah yang serius namun tidak sampai menyebabkan kematian, tetapi banyak dampak yang nyata yaitu tingginya biaya perawatan diakibatkan lamanya perawatan di rumah sakit.

b. Akibat phlebitis bagi masyarakat
Bertambah panjangnya masa rawat penderita , penderita pulang masih menjadi pembawa kuman selama beberapa bulan,daan dapat menularkan kuman pada keluarga maupun masyarakat sekitarnya.


Friday, January 6, 2012

Dermatographia (Kulit Mengelupas)


img
1. Deskripsi
Dermatographia adalah suatu kondisi di mana menggaruk kulit dapat menyebabkan kulit mengelupas dan garis merah karena tergores. Kondisi tersebut tidak serius, tetapi dapat menjadi ketidaknyamanan. Dalam dermatographia, sel-sel kulit terlalu sensitif terhadap luka kecil, seperti menggaruk, atau menekan pada kulit. Tanda dan gejala dermatographia mencakup kemerahan, gatal, dan bengkak.

Dalam kebanyakan kasus, gejala dermatographia dapat pergi dalam waktu singkat tanpa pengobatan. Tetapi jika gejala semakin parah atau mengganggu, dokter mungkin menyarankan untuk mengonsumsi antihistamin. Tindakan perawatan diri sederhana juga dapat membantu mengelola dermatographia.

2. Penyebab
Penyebab pasti dari dermatographia tidak jelas. Kondisi tersebut mungkin disebabkan oleh reaksi alergi, namun belum ada alergen tertentu yang telah diidentifikasi. Hal-hal sederhana dapat memicu gejala dermatographia. Sebagai contoh, gesekan dari pakaian atau seprai dapat mengiritasi kulit. Dingin, panas, tekanan, sinar matahari dan juga dapat memicu emosi dermatographia.

3. Gejala
Selain garis merah pada kulit, dermatographia sering tidak menyebabkan masalah. Pada beberapa orang, bagaimanapun, menggaruk atau menggosok kulit dapat menyebabkan iritasi dan ketidaknyamanan.

Tanda dan gejala dermatographia dapat mencakup:
1. Garis merah yang membesar
2. Bengkak
3. Radang
4. Bekas luka garukan
5. Gatal

Gejala dermatographia mungkin akan terlihat dalam beberapa menit setelah kulit tergores atau digaruk. Gejala-gejala dapat berlangsung 30 menit hingga beberapa jam, tetapi biasanya mulai berkurang dalam waktu 15 menit setelah iritasi pada ujung kulit. Dermatographia dapat berkembang secara perlahan dan berlangsung selama beberapa jam hingga beberapa hari dan menyebabkan terbakar serta nyeri. Kondisi itu sendiri dapat berlangsung selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun.

4. Pengobatan
Gejala dermatographia dapat hilang dnegan sendirinya, dan pengobatan untuk dermatographia umumnya tidak diperlukan. Namun, jika kondisi semakin parah atau mengganggu, dokter dapat merekomendasikan obat antihistamin. Antihistamin memblokir histamin, yaitu bahan kimia inflamasi yang dilepaskan oleh sistem kekebalan tubuh selama reaksi alergi. Dosis rendah antihistamin biasanya menyediakan bantuan pada waktu reaksi.


Sumber : Detikhealth.com


 

Thursday, December 8, 2011

Meralgia Paresthetica (Mati Rasa di Paha Karena Saraf Terjepit)


img
1. Deskripsi
Meralgia paresthetica adalah kondisi yang ditandai oleh kesemutan, mati rasa dan nyeri terbakar di bagian luar paha. Penyebab meralgia paresthetica adalah tekanan pada saraf yang memasok sensasi ke permukaan kulit paha.

Pakaian ketat, obesitas, dan kehamilan adalah penyebab umum meralgia paresthetica. Meralgia paresthetica juga dapat disebabkan oleh trauma lokal atau penyakit seperti diabetes.

Dalam kebanyakan kasus, meralgia paresthetica bisa reda dengan tindakan konservatif, seperti mengenakan pakaian longgar. Pada kasus yang parah, pengobatannya dapat menggunakan obat-obatan untuk meringankan ketidaknyamanan hingga operasi.

2. Gejala
Tekanan pada saraf kutaneus lateralis femoralis yang memasok sensasi ke paha atas dapat menyebabkan gejala-gejala dari meralgia paresthetica, antara lain:

a. Kesemutan dan mati rasa di bagian luar paha
b. Rasa sakit terbakar di dalam atau pada permukaan bagian luar paha
c. Nyeri dan kusam di daerah pangkal paha atau bokong
d. Gejala ini umumnya terjadi hanya pada satu sisi tubuh dan dapat semakin terasa ketika berjalan atau berdiri.

3. Penyebab
Meralgia paresthetica terjadi ketika saraf kutaneus lateralis femoralis, yaitu saraf yang memasok sensasi ke permukaan luar paha, tertekan atau terjepit. Saraf kutaneus lateralis femoralis adalah saraf sensorik dan tidak mempengaruhi kemampuan untuk menggunakan otot-otot kaki.

Pada kebanyakan orang, saraf ini melewati pangkal paha ke paha atas tanpa kesulitan. Tapi pada meralgia paresthetica, saraf kutaneus lateralis femoralis terjebak di bawah ligamentum inguinalis yang membentang sepanjang pangkal paha, dari perut ke paha atas.

Penyebab umum tekanan ini adalah kondisi yang menyebabkan tekanan pada pangkal paha, seperti :
1. Pakaian ketat
2. Kegemukan
3. Kehamilan
4. Jaringan parut dekat ligamentum inguinalis karena cedera atau pembedahan
5. Berjalan, bersepeda, atau berdiri untuk jangka waktu yang lama
6. Cedera syaraf, baik karena diabetes atau setelah kecelakaan kendaraan bermotor

4. Perawatan dan Obat-obatan
Pengobatan untuk meralgia paresthetica berfokus pada meringankan tekanan pada saraf.

a. Tindakan Konservatif
Tindakan konservatif efektif bagi kebanyakan orang. Rasa sakit biasanya akan hilang dalam waktu beberapa bulan. Caranya antara lain :
1. Memakai pakaian longgar
2. Menurunkan berat badan
3. Meminum obat penghilang rasa sakit seperti acetaminophen, ibruprofen, atau aspirin.

b. Obat-obatan
Jika gejalanya masih mucul selama lebih dari dua bulan atau rasa sakit bertambah parah, pengobatan dapat mencakup :
1. Suntikan Kortikosteroid
Suntikan dapat mengurangi peradangan dan mengurangi rasa sakit untuk sementara. Kemungkinan efek sampingnya adalah: infeksi sendi, kerusakan saraf, rasa sakit, dan pemutihan kulit di sekitar tempat injeksi.

2. Antidepresan Trisiklik
Obat-obat ini dapat mengurangi rasa sakit. Efek sampingnya antara lain: rasa kantuk, mulut kering, sembelit, dan gangguan fungsi seksual.

3. Gabapentin atau Pregabalin
Obat anti kejang dapat membantu mengurangi gejala yang menyakitkan. Efek sampingnya antara lain: sembelit, mual, pusing, mengantuk, dan badan terasa ringan.

5. Operasi
Operasi jarang dilakukan. Pilihan ini hanya untuk pasien dengan gejala yang berat dan telah lama tidak sembuh.



Sumber : MayoClinic


Monday, November 28, 2011

Thunderclap Headaches (Sakit Kepala Seperti Petir)

1. Deskripsi
Seperti namanya, Thunderclap Headaches merupakan jenis sakit kepala yang terjadi seperti kilatan petir, tiba-tiba dan parah. Sakit kepala ini dapat mencapai klimaks dalam satu menit dan memerlukan waktu beberapa jam hingga lebih dari seminggu untuk mereda.

Sangat penting untuk mencari bantuan medis darurat dalam kasus ini. Sakit kepala ini merupakan tipe yang jarang dari sakit kepala. Biasanya merupakan tanda dari suatu kondisi yang dapat berpotensi fatal seperti pendarahan dalam atau di sekitar otak.

2. Penyebab
Beberapa Thunderclap Headaches muncul dengan ada alasan fisik yang jelas. Dalam kasus lain, sakit kepala ini dapat merupakan kondisi yang berpotensi mengancam jiwa, antara lain:

1. Perdarahan antara selaput otak dan sekitarnya
2. Sebuah benjolan di pembuluh darah otak yang mungkin pecah
3. Air mata pada lapisan arteri yang memasok darah ke otak
4. Kebocoran cairan serebrospinal akibat robekan pada membran yang mengelilingi otak dan sumsum tulang belakang
5. Penyumbatan cairan cerebrospinal oleh kista
6. Perdarahan kelenjar pituitari atau kematian jaringan
7. Infeksi, seperti meningitis atau ensefalitis

3. Gejala
Thunderclap Headaches ditandai dengan rasa sakit tiba-tiba yang sangat parah. Biasanya beberapa pasien menggambarkan sebagai sakit kepala terburuk yang pernah dialami. Sakit kepala tersebut mencapai klimaksnya dalam 1 menit dan kadang-kadang memerlukan waktu hingga 10 hari untuk dapat mereda.

4. Pengobatan
Tidak ada pengobatan untuk Thunderclap Headaches karena merupakan akibat awal dari suatu kondisi lain yang menjadi penyebab. Dengan demikian, jika penyebab teridentifikasi, pengobatan harus menargetkan penyebabnya.

Jika tidak, dokter cenderung meresepkan obat pencegahan dengan dosis harian. Dalam kasus apapun, sakit kepala cenderung berhenti dalam beberapa hari sampai beberapa minggu.


Thursday, November 24, 2011

Vulvodynia (Nyeri Sekitar Pintu Masuk Vagina)

 1. Deskripsi
Vulvodynia adalah rasa sakit kronis di daerah sekitar pintu masuk vagina (vulva) yang penyebabnya tidak dapat diidentifikasi. Rasa sakit, terbakar atau iritasi yang terkait dengan vulvodynia mungkin membuat seseorang sangat tidak nyaman untuk duduk dalam waktu yang lama atau menjadi tidak bergairah melakukan hubungan seksual.

Kondisi tersebut dapat berlangsung selama berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun. Jika mengalami vulvodynia, jangan segan-segan untuk berkonsultasi dengan dokter. Beberapa pilihan pengobatan tersedia untuk mengurangi rasa sakit dan ketidaknyamanan oleh karena vulvodynia.

2. Penyebab
Penyebab vulvodynia tidak diketahui dengan pasti. Tetapi faktor yang dapat berperan menimbulkan vulvodynia, antara lain:
1. Cedera atau iritasi saraf di daerah sekitar vulva
2. Infeksi vagina
3. Alergi atau hipersensitivitas kulit lokal
4. Perubahan hormonal

Banyak wanita yang mengalami vulvodynia memiliki riwayat pengobatan infeksi jamur atau vaginitis berulang. Beberapa wanita dengan kondisi tersebut kadang memiliki riwayat pelecehan seksual. Vulvodynia tidak menular ketika melakukan hubungan seksual atau juga bukan merupakan tanda kanker.

3. Gejala
Gejala utama vulvodynia adalah nyeri di daerah kelamin, yang dapat dicirikan dengan :
1. Rasa terbakar
2. Rasa nyeri
3. Menyengat
4. Nyeri saat berhubungan intim (dispareunia)
5. Berdenyut
6. Gatal

Rasa sakit yang dialami dapat konstan atau hilang timbul dan dapat bertahan selama berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun. Tetapi juga dapat hilang dengan tiba-tiba seperti saat dimulainya. Seseorang dengan mungkin merasakan nyeri di daerah vulva, atau mungkin terlokalisasi pada area tertentu, seperti pintu masuk vagina.

Kondisi serupa, vestibulitis vulva, dapat menyebabkan rasa sakit hanya ketika diberikan tekanan pada daerah sekitar pintu masuk vagina. Jaringan vulva mungkin terlihat meradang atau bengkak, atau kadang juga tampak normal.

4. Pengobatan
Perawatan vulvodynia fokus pada menghilangkan gejala. Masing-masing wanita yang mengalami vulvodynia dapat memiliki pengobatan yang berbeda-beda. Pengobatan tersebut dapat merupakan pengobatan kombinasi yang terbaik.

Mungkin memerlukan waktu berminggu-minggu atau bahkan berbulan-bulan untuk memberikan perawatan terhadap gejala volvodynia. Pilihan pengobatan tersebut, antara lain:

1. Obat-obatan
Antidepresan trisiklik atau antikonvulsan dapat membantu mengurangi rasa sakit kronis. Antihistamin juga dapat mengurangi gatal.

2. Biofeedback Therapy
Terapi ini dapat membantu mengurangi rasa sakit dengan mengajarkan pada penderita untuk mengendalikan respon tubuh tertentu. Tujuan dari biofeedback adalah untuk membantu rileks untuk mengurangi sensasi rasa sakit.

Untuk mengatasi vulvodynia, biofeedback dapat diajarkan untuk mengendurkan otot panggul, yang dapat kontraksi untuk mengantisipasi rasa sakit dan benar-benar menyebabkan sakit kronis.

3. Bius Lokal
Obat-obatan, seperti salep lidokain dapat memberikan bantuan sementara untuk meringankan gejala. Dokter mungkin menyarankan penggunaan lidokain 30 menit sebelum hubungan seksual untuk mengurangi ketidaknyamanan.

Jika menggunakan salep lidokain, pasangan juga mungkin mengalami mati rasa sementara setelah kontak seksual.


4. Blok Saraf
Wanita yang telah lama mengalami rasa sakit dan tidak merespon pengobatan lain dapat mengambil manfaat dari suntikan blok saraf lokal.

5. Terapi Dasar Panggul
Banyak wanita dengan vulvodynia memiliki masalah dengan otot-otot dasar panggul. Otot-otot dasar panggul merupakan otot yang mendukung rahim, kandung kemih, dan usus. Latihan untuk memperkuat otot-otot dasar panggul dapat membantu meringankan rasa sakit vulvodynia.

6. Operasi
Dalam kasus di mana daerah yang sakit melibatkan area yang kecil (lokal vulvodynia, vulva vestibulitis), operasi untuk mengangkat kulit dan jaringan yang terkena dapat mengurangi rasa sakit pada beberapa wanita. Prosedur operasi tersebut dikenal dengan nama vestibulectomy.



Sumber : MayoClinic


 

Health Nutrition Copyright © 2012